Pada hari paskah tahun 1722, penjelajah Belanda mendarat di Easter Island
atau pulau Paskah. Sebuah peradaban yang terisolasi oleh samudera
Pasifik seluas 4.000 km akan segera bertemu dengan kebudayaan luar untuk
pertama kalinya. Namun para penjelajah Belanda yang tiba di tempat itu
menemukan sesuatu yang aneh, sebuah pulau yang dihiasi
oleh ratusan patung-patung batu raksasa dan sebuah kebudayaan yang
ternyata tidak se-primitif yang mereka kira. Dari mana asal para
penduduk tersebut ? Mengapa dan bagaimana caranya mereka membuat
patung-patung batu raksasa itu ? Ilmu pengetahuan modern masih berusaha
menyusun kepingan-kepingan puzzle itu.
Sejarah
Pulau paskah saat ini terletak di teritori negara Chili, tepatnya di
sebelah selatan samudera Pasifik. Perjumpaan pertama antara penduduk
pulau paskah atau Rapa Nui, begitu penduduk lokal menyebutnya, dengan
penjelajah Belanda adalah sebuah kejutan budaya yang luar biasa.
Beberapa pelaut membunuh 10 penduduk asli hanya dalam tempo beberapa
menit setelah mereka mendarat. Belum lagi bencana alam yang menyusul.
Populasi pulau itu menyusut dari 12.000 orang hingga 111 orang hanya
dalam beberapa abad. Hingga kini, para penduduk yang mendiami pulau
paskah diketahui memiliki garis keturunan Chili - yang justru
menimbulkan teka-teki baru. Tidak ada yang bisa dimintai keterangan
mengenai asal mula penduduk pulau tersebut. Hanya ilmu pengetahuanlah
satu-satunya harapan untuk membongkar misteri jatuh bangunnya peradaban
misterius ini.
Darimanakah mereka datang ?
Ilmu pengetahuan bidang genetika telah berhasil menjawab pertanyaan
pertama : Darimanakah para penduduk pulau itu berasal ? dari manakah
mereka berlayar ? Pada tahun 1950-an, seorang penjelajah dunia ternama
bernama Thor Heyerdahl menunjukkan bahwa dimungkinkan untuk berlayar
dari Amerika Selatan menuju pulau paskah melalui samudera luas. Thor
kemudian berteori bahwa para penduduk asli pulau paskah adalah keturunan
para penjelajah Amerika Selatan.
Namun teknologi memberikan kesimpulan yang lain. Penelitian terhadap DNA
dari sebuah tengkorak yang digali dari pulau itu menunjukkan bahwa DNA
itu mengandung sebuah "sidik jari" yang disebut "Motif Polynesia". Hal
ini mengindikasikan bahwa penduduk asli pulau paskah adalah orang
polynesia. Para pelaut polynesia berlayar dari barat ke timur, sebuah
perjalanan yang menandai permulaan petualangan kaum polynesia. Teori
Thor Hayerdahl terbantahkan.
Penelitian lain terhadap artefak pulau paskah dengan menggunakan metode
karbon menunjukkan bahwa para pelaut polynesia itu tiba di pulau paskah
sekitar tahun 700 Masehi. Dan bukti-bukti menunjukkan bahwa 1.000 tahun
kemudian, para polynesian masih hidup terisolasi di pulau berukuran 22 X
11 Km itu.
Para penduduk pulau paskah hidup dari menangkap ikan dan bercocok tanam.
Pada awalnya diperkirakan penduduknya berjumlah 12.000 orang.
Keberhasilan membangun kebudayaan di tempat itu dimanifestasikan dengan
sebuah karya monumental, sebuah karya yang masih menjadi misteri hingga
saat ini, yaitu patung moai.
Bagaimana mereka membuat patung itu ?
Moai telah menimbulkan rasa ingin tahu sejak penemuannya pertama kali
pada tahun 1722. Tidak ada satupun patung itu yang berdiri ketika para
ilmuwan tiba di tempat itu. Patung-patung yang berdiri saat ini adalah
hasil perbaikan dan penyusunan yang dilakukan oleh para ilmuwan.
Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya sebuah lingkungan masyarakat
jaman batu membuat, mengukir dan memindahkan patung-patung itu ke
tempatnya ? dan untuk apa ?
Saat ini kita dapat menemukan 900 moai di seluruh pulau paskah dengan
tahapan konstruksi yang berbeda-beda. Beberapa patung memiliki berat
hingga 80 ton masing-masing, dua kali lipat dari sebongkah batu
Stonehenge di Inggris. Dan luar biasanya, tempat berdirinya patung itu
berjarak sekitar 16 km dari tempat asal batu itu diambil. Bagaimana
mereka memindahkan batu seberat itu dan sejauh itu ? Pertanyaan ini
belum terjawab hingga saat ini.
Lalu, untuk apa mereka membuat patung itu ? Para ilmuwan saat ini hanya
bisa mempercayai legenda penduduk lokal mengenai tujuan pembuatan
patung-patung itu. Seorang arkeolog bernama Sergio Rapu menemukan bahwa
nama moai berarti "wajah hidup leluhur kami" dan ia juga menemukan bahwa
pada awalnya patung-patung itu memiliki mata. Ia percaya bahwa para
penduduk membangun patung itu sebagai pemujaan kepada leluhur mereka.
Wajah patung yang membelakangi lautan dan menghadap perkampungan
dipercaya sebagai cara leluhur mereka melindungi dan menjaga para
penduduk pulau itu.
Masa-masa penuh kekerasan
Namun perlindungan para nenek moyang hancur berantakan pada tahun
1600-an. Moai dirubuhkan. Legenda menceritakan tentang masa-masa sulit,
teror dan kanibalisme. Bukti arkeologi yang menunjukkan hal ini
diantaranya adalah tengkorak-tengkorak yang ditemukan terkubur di pulau
itu. Sepertinya para penduduk saling membunuh. Kejadian ini terjadi pada
saat yang bersamaan dengan berkurangnya populasi burung dan hewan yang
biasa dimakan.
Sebuah ukiran kayu kuno menunjukkan adanya ukiran orang-orang kurus
kering diatasnya, merujuk kepada peristiwa kelaparan. Peristiwa
kelaparan ini mungkin telah membawa penduduk pulau paskah saling memakan
temannya. Populasi penduduk pulau itu telah melebihi pertumbuhan
sumber-sumber alamnya.
Bukti lain yang mendukung adalah sebuah studi yang dilakukan oleh John
Flenley. Ia menemukan bukti bahwa pada suatu masa, pulau itu dipenuhi
oleh pohon palem. Namun penjelajah Belanda yang tiba di pulau itu pada
tahun 1722 mengatakan bahwa pulau itu hanya sedikit sekali memiliki
pohon. Sekali lagi, peristiwa lenyapnya pohon-pohon ini dipercaya
mendahului perang saudara diantara penduduk. Keterbatasan pohon
menyebabkan mereka tidak bisa membuat kapal untuk menangkap ikan. Karena
itu kelaparan melanda. Erosi tanah menghantam pulau beberapa kali dan
tidak ada kapal untuk melarikan diri. Flenley percaya bahwa pulau paskah
adalah contoh kehancuran ekologis yang sistematis.
Pemulihan sumber daya
Apabila terjadi kelaparan dan kehancuran masyarakat, mengapa penjelajah
Belanda yang mendarat tahun 1722 mengatakan bahwa mereka menemukan
penduduk yang sehat dan ladang gandum yang subur ? Jawabannya terletak
pada sebuah tempat di pulau itu yang bernama Orongo, sebuah tebing yang
terletak diantara sebuah gunung berapi dan pulau kecil di laut. Disana
ditemukan ukiran kayu kuno yang menunjukkan adanya "birdman" atau
"manusia burung".
Catatan sejarah menunjukkan adanya sebuah kontes antar suku di pulau
itu. Masing-masing suku mengutus satu orang untuk saling berlomba
berenang sekitar 1 mil ke arah laut dan kemudian memanjat sebuah tebing
disitu untuk mengambil sebuah sarang burung. Suku mana yang menang, maka
kepala sukunya akan menjadi pemimpin pulau selama satu tahun dan ia
punya hak untuk mengalokasikan sumber makanan yang terbatas. Di dalam
masa yang penuh kekerasan dan keterbelakangan, demokrasi ditegakkan
hingga kemakmuran kembali menghampiri pulau itu. Ya, mereka berhasil
mengatasi tantangan alam dengan "birdman", Namun pulau itu tidak siap
menghadapi bencana terbesar mereka yang akan segera datang.
Kisah akhir
Kelaparan bukanlah bencana terbesar bagi penduduk pulau. Bencana
terbesar bagi mereka adalah makhluk yang bernama manusia, yaitu para
penjelajah Belanda yang tiba disitu pada tahun 1722. Adalah sebuah
kebiasaan bagi para penjelajah beberapa abad yang lalu untuk mencari
wilayah-wilayah baru di dunia. Dan bersama mereka, dibawa juga
penyakit-penyakit baru yang segera menular ke para penduduk setempat.
Dari sebuah tulang yang ditemukan terkubur di pulau itu, ditemukan
sisa-sisa penyakit Sifilis.
Dan kehancuran populasi penduduk pulau tersebut difinalisasi oleh
kedatangan para pedagang budak dari Peru pada tahun 1862. Mereka menahan
dan membawa pergi 1.500 penduduk, sepertiga dari populasi pulau itu
saat itu. Mereka dibawa ke Amerika Selatan, dan dalam tempo satu tahun,
dari seluruh 1.500 orang, hanya tersisa 15 orang yang masih hidup. 15
orang itu kemudian dibawa kembali ke pulau paskah. Sial, dari antara 15
orang itu ada yang mengidap penyakit cacar sehingga penyakit itu mewabah
ke penduduk pulau yang lain dan meninggalkan hanya 111 orang yang hidup
di pulau itu pada tahun 1877.
Jadi, apa yang bisa kita dapatkan ketika kita melihat kehidupan kelam
para penduduk pulau paskah ? Misteri pulau paskah telah banyak yang
berhasil disingkapkan, namun ada sebuah pelajaran yang penting dari
sejarah pulau ini. Dalam masa jatuh bangunnya kebudayaan yang diwarnai
kekerasan, ada kemenangan yang didapatkan para penduduk. Mereka bertahan
terhadap masa-masa sukar, dan hal itu tercermin dari filosofi
"birdman', dan filosofi ini lebih berharga untuk dipelajari oleh umat
manusia dibanding Moai dan pulau paskah itu sendiri.
sumber : http://anehdidunia.blogspot.com/2012/05/menguak-misteri-easter-island-dan-moai.html#ixzz1uGNtoULz
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar!!!